Sherlock Holmes dan Dr. Watson pergi berkemah. Mereka mendirikan tenda lalu tidur. Beberapa jam kemudian, Holmes membangunkan Watson. “Bangun Watson, buka matamu dan katakan apa yang kamu lihat.”

Watson menjawab, “aku melihat miliaran bintang di langit.” Holmes lalu bertanya, “ menurut kamu itu artinya apa?” Watson terdiam sejenak.

“Menurut Astrologi, menunjukkan bahwa Venus ada di Aries. Menurut bahasa Astronomi, hal itu menunjukkan ada miliaran galaksi dan triliunan planet. Secara teologi, menunjukkan kebesaran Tuhan dan betapa kecilnya kita sebagai manusia. Menurut waktu, tampaknya sekarang jam 3.00 pagi. Menurut meteorology, sepertinya besok cuaca akan cerah. Menurut kamu sendiri apa Holmes?”

Holmes terdiam sesaat, kemudian berkata, “Watson, kamu BLOON! Itu artinya, seseorang telah mencuri tenda kita!!!”
Malam itu, udara dingin sekali. Vivin yang sedang berdiri di halte, mengusap-usap telapak tangannya untuk mengusir dingin. Sayup sayup terdengar suara burung hantu di kajauhan. Vivin mengutuk bosnya dalam hati karena memaksanya berangkat pada jam yang sangat tidak menyenangkan ini.

Vivin ditugaskan untuk mengantarkan sebuah paket ke sebuah gudang tua di ujung kota, perjalanan kesana memerlukan waktu setengah jam, dan satu-satunya jenis angkutan umum yang tersedia adalah bis bertingkat yang sudah tua dan jalannya lambat. Setelah menunggu lama akhirnya bis itu muncul.

Vivin pun naik. Hanya ada beberapa penumpang saja yang terlihat. Vivin melangkah menuju tangga karena dia memutuskan untuk duduk di tingkat atas saja. Namun langkah vivin dihentikan oleh seorang nenek keriput yang duduk dekat tangga. Nenek itu berkata, “Jangan duduk di atas, Nak. di atas berbahaya.”. Vivin terkejut. Dia pun mengurungkan niatnya. Dia membayangkan hal-hal yang mengerikan tentang bis tua itu seperti yang pernah diceritakan temannya. Setelah 30 menit, sampailah Vivin di tempat tujuan dengan perasaan lega.

Keesokan malamnya, Vivin mendapat tugas yang sama dan tempat tujuan yang sama. Malam itu kembali ia naik bis bertingkat dan didapatinya nenek keriput yang sama seperti kemarin. Saat Vivin hendak naik, nenek itu menghentikannya lagi. Nenek itu berkata, “Jangan duduk di atas, Nak. Di atas berbahaya.”. Lagi lagi Vivin terkejut dan duduk di tempat yang agak jauh dari tangga itu sambil memikirkan hal-hal yang mengerikan.

Keesokan malamnya, Vivin lagi lagi mendapat tugas yang sama. Saat naik ke bis, dia menghampiri nenek itu sebelum nenek itu sempat berbicara. “Nek, kali ini aku akan naik ke atas nggak peduli nenek ngomong apa. Saya nggak takut sama apapun.” tegas Vivin. Akhirnya Vivin naik dan duduk dekat jendela. Memang bener tidak ada orang sama sekali di sana. Dia menunggu dengan perasaan tegang. 30 menit kemudian bis itu sampai. Vivin turun dan segera bertanya pada nenek itu. “Nek, kenapa sih kok nggak boleh duduk atas. Di atas kan nggak ada apa-apa.” tanya Vivin. Nenek itu menjawab, “Di atas bahaya, Nak. Nggak ada sopirnya.”
Hai Guys. Sudah lama saya nggak nulis.

Hari ini saya mau berbagi sebuah celotehan nih. Karena banyak banget yang sebenarnya sependapat sama saya, cuman aja nggak enak diomongkan, takut ada salah paham jadi ya saya tulis aja :D (lagian saya nggak pandai bersilat lidah juga, biasalah, temen yang bener-bener temen sedikit jadi nggak biasa ngomong berat :p)

Oke, sebelum saya lanjutkan~
Sebelumnya saya pernah menuliskan tentang sebuah postingan curhatan saya yang modelnya sama curhatnya soal Beda anak ITS sama Kampus Lain. Nah kali ini, anggaplah sebagai part 2 dari cerita sebelumnya.

Dan, hampir sama seperti cerita sebelumnya, Saya ucapkan mohon maaf sebesar-besarnya kalau beberapa perkataan saya menyinggung anda yang berada dari Universitas lain. Tulisan ini sebenranya ingin saya tujukan pada adik-adik SMA yang ingin melanjutkan kuliah. Tidak ada unsur ingin memprovokasi, hanya saja ingin membuka mata dan memanaskan iklim prestasi dan berkarya.

Ok, begini ceritanya. Suatu hari saya dan beberapa teman dan senior saya tengah bercanda hingga kita sampai pada  suatu topik yang menyinggung ITS. Seperti yang kita tahu, siapa sih yang nggak kenal ITS? Wah, kalau pertanyaannya gitu, orang yang ada di daerah barat atau timur (luar jawa timur) kayaknya masih banyak yang gak tau. Nah kalau ITB? Siapa sih yang nggak kenal ITB? (disini ITB masih saya artikan sebagai Institut Teknologi Bandung). ITB, impian anak SMA, sukses di ITB, dijamin sukses hidupnya. Begitulah pandangan saya saat awal saya menginginkan kuliah di ITB. Dan inilah konten yang saya, teman saya, dan senior saya bicarakan.

dan disini mulai saya asumsikan
ITB: Institut Teknologi Bukan ITS
UI: Universitas Ini bukan ITS

X: Eh, kamu dulu ngapain masuk ITS?
Y: Ya nggak papa, habis di ITB nggak keterima dulu?
Z: Kamu juga, Y? sama, aku dulunya kalau nggak ITB ya UI.
X: Kapan ya orang-orang bakal bilang "Eh, ngapain kamu masuk ITB?" "Yah, gimana lagi bro, nggak keterima di ITS". 20 tahun lagi kali ya.

Saya tertegun, ternyata ada orang yang punya pikiran seperti saya. Berbagai usaha sudah dilakukan ITS. Kita terus berkarya mulai dari Sapu Angin, Mobil Listrik, PKM terbanyak, KRI pun kita nggak kalah sama PENS. Publikasi lewat IRITS (Integrated Roadshow ITS) dan ITS EXPO sudah kita lakukan namun masih banyak orang yang nggak kenal dengan ITS.

Bahkan orang-orang barat (dari aceh sampai jawa tengah) masih banyak banget yang nebak-nebak ITS itu kalau enggak Institut Teknologi Surabaya ya Institut Teknologi Semarang. Tapi saya nggak ngerti, kenapa sih ITS nggak bisa seterkenal Institut dan Universitas yang ada di barat-barat. Padahal soal tren dan prestasi, kita nggak kalau jauh. Hmm...

Sebenernya apasih masalah dari ITS ini sampai-sampai, kok nggak bisa seterkenal kampus-kampus barat. Waduh bro, ini nih, mumpung ITS lagi panas-panasnya Pilrek (Pemilihan Rektor), kira-kira strategi apa ya yang dibawa Bapak-bapak dosen untuk menggencarkan nama ITS di masyarakat umum?


Jangan Cuma Bisa Bicara Dibelakang, Ngomong Sampah Lebih Baik Daripada Menggunjing Orang

Halo lagi!
Akhir-akhir ini saya merasa cukup aktif dan ingin sekali menulis. hehe

Di Indonesia, semua film berusaha membuat karya yang berdasarkan sebuah pengalaman. Based on true Story apaagi kalau film horror, pasti akan sangat menjual. Namun bagaimana dengan film yang berusaha menyembunyikan sebuah cerita dan mengganti sedikit alur sehingga para penonton penasaran dan menemukan jawaban atas misterinya di tahun-tahun kemudian?

Kali ini saya bakal sedikit cerita mengenai sebuah film nih. Banyak sekali orang yang memparodikan film ini. Namun saya tidak akan me-review filmnya melainkan saya kupas misteri yang menyelimuti film ini. Nama film ini adalah My Neighbor Totoro. Sebuah film animasi karya Hayao Mizaki hasil produksi dari Studio Ghibli ini berhasil menyabet Best Film di Mainichi award tahun 1988 dan memenangkan Animage Anime Gran Prix.

Yah mungkin nggak banyak yang tahu studio Ghibli namun bagi kalian yang pernah menonton Grave of Fireflies tentang kakak-adik saat masa bomb hiroshima-nagasaki mungkin kalian akan terpintas sekeren apa animasi klasik ini. Bagi kalian yang sudah menikmati film My Neighbor Totoro, mungkin kalian akan mencoba menyaksikan lagi dan semakin tertarik untuk mencari tahu mengenai film ini.


Apa pendapat kalian mengenai film My Neighbor Totoro ini? Ya, film ini memiliki karakter yang "adorable" dan plot cerita yang sangat haru dan membahagiakan. Benarkah begitu? Mungkin anda belum tahu begitu juga dengan saya yang baru-baru ini menemukan sebuah pembicaraan yang tenggelam mengenai film ini. Benarkah Film ini menceritakan kisah bahagia? Bisa jadi tidak jika kita beranggapan bahwa film ini diadopsi dari sebuah tragedi yang menimpa sebuah keluarga puluhan tahun lalu. Tragedi ini disebut dengan tragedi "sayama".

Film ini mengaanggap bahwa Totoro merupakan "shinigami" (grim reaper) atau dewa kematian. Mereka merepresentasikan bahwa jika anda melihat Totoro, maka kematian sudah dekat (Waw). Bagaimana bisa? Bagaimana Totoro bisa dianggap dewa kematian? jawabannya akan kita bahas disini.

Hari ini saya hanya mau bebagi sedikit cerita mengenai perkuliah saya. Bukan hanya perkuliahan namun saya merasa pandangan saya ini benar, namun ini hanya presepsi jadi anda bisa menyalahkan atau bisa membenarkan saja. Ini soal MABA, alias Mahasiswa Baru. Kalo saya dan temen-temen saya bilang ini nih, domba-domba tersesat yang masuk kandang serigala. hehe

Tapi-tapi-tapi, kita sebagai kakak kelas disini sebenarnya gak ada niatan buat makan domba atau masak domba, mukul domba, hajar domba dan sebagainya. Kita ini sebenarnya yang dianggap serigala-serigala pemburu domba padahal pada kenyataannya kalau saya yang rasakan, saya sebagai kakak kelas bukan serigala. Justru saya juga merupakan domba-domba korban dosen yang kasih nilai random, korban semprotan dosen, dan syukur-syukur kalo dapet dosen yang bukan serigala tapi dapet anjing penjaga.

Waduh kok ngomongin hewan semua ya? Wajar bagi saya karena saya di ITS, Surabaya dimana kebun binatang disini hewannya pada lepas mulai dari jangkr*k, *a*u, dan wed*s dan kata-kata gak sopan lainnya yang udah jadi gaya bicara masyarakat sekitar. Tapi mengasumsikan dosen seperti serigala atau anjing penjaga apa tidak berlebihan? bagi saya ini hanya analogi dan saya tidak menjelek-jelekkan tapi kenyataannya ini fakta.

Kenapa mahasiswa baru itu domba yang tersesat? karena mereka masih baru, gak tau apa-apa soal kuliah dan kedewasaan, kebijaksanaan dan hal-hal yang berkaitan dengan sosok MAHAsiswa. Mereka cuma lulusan siswa. Dan apa maksudnya dosen serigala dan dosen anjing penjaga? dosen serigala itu yang galak, serem, nilai yang keluar antara lulus nilai pas-pas an dan gak lulus. Dan dosen anjing penjaga itu dosen yang enakan, kalo minggu lalu gak masuk ditanya, kalo gak bisa diajarin, nilai ya tergantung kita bisa apa nggak. haha

Nah tadi cuman Intermezo. Ini yang mau saya bahas. Mahasiswa Barunya ITS sama Mahasiswa Barunya Universtas lain. Cuma pandangan aja, seperti yang kita tahu kalau ITS itu salah satu Institut terbesar di Indonesia yang sudah Go Internasional. Kalo anda tahu di Indonesia itu cuman ada 2 Institut di pikiran saya yaitu ITS dan ITB. Yang satu itu itu Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan yang satunya Institut Teknologi Bukan sepuluh nopember (hehe, maaf kalau menyinggung). Tapi jujur saja saya sering mendengar keluhan, baik ketika saya masih Mahasiswa Baru maupun ketika saya sudah memiliki adik kelas Mahasiswa baru. Mereka rata-rata masuk ITS karena terbuang dari ITB, (Well, saya juga terbuang. Tapi terlempar dari jurusan sebelah Teknik Informatika ITS, dan akhirnya masuk Teknik Elektro ITS, tapi tetep aja sakit hati sampai sekarang).

Back on topic, Maba ITS itu gak bangga masuk ITS. Well, fuck. That's a fact I often hear, but. . . yeah. Kalau saya, Saya bangga masuk ITS. Kenapa sih mereka kok pada pingin masuk ITB? toh ITS juga bagus.

1. Gengsi

Well, Fuck. Kalau gengsi kuliah di Mall aja mas. Jujur aja ITB:

*A: Siapa sih yang gak kenal ITB coy?! 
*B: Sama aja bro.
*A: Sama apanya, ITB tuh terkenal kualitasnya bagus.
*B: Emang luh tau prestasinya ITB apa aja? Yang sukses kerja siapa aja?
*A: Emang ITS kualitasnya apaan?
*B: *Silence*
*A: Tuh kan lu juga gak tau


Saya membayangkan suatu hari saya (B) ditanya seperti itu dan saya tidak bisa menjawab. Saya nggak menjelekkan institut manapun tapi SUKSES NGGAKNYA KAMU ITU GAK NGARUH SAMA KAMU KULIAH DIMANA, TAPI NIAT GAK KAMU KULIAH?!

Gak di ITS atau di ITB, ada kok yang masih mutung (putus) kuliah, jangan jelekkan institut lain kalau kamu nggak tau aslinya! Gengsi? Emang kamu kuliah buat mejeng?

*A: Bro, aku kuliah di ITS nih bro~
*B: Aku di ITB *bangga*

*A: Wah keren lu coy
*C: Hebat banget, aku cuman kuliah di UB. *Gengsi*


Tarus tak disangka satu semester kemudian C juara PIMNAS, udah gitu dapet undangan study tour ke luar negeri. Sekarang mana yang keren anak UB? atau ITS ITB?


Jangan sombongkan almamater anda kalau anda sendiri belum berkontribusi apapun untuk almamater anda. Yang kuliah di Institut / Universitas gak ternama jangan down. Keep Fighting! Sukses ditanganmu, bukan di universitasmu.

2. Gak PD
Saya gak yakin kalau saya sukses kuliah di ITS, perusahan besar pada nyari di ITB, UI soalnya. Tunggu dulu!
MABA kadang berpikiran seperti di atas tapi siapa bilang. yang dicari mahasiswa baru di inet itu mesti 10 Universitas Terbaik. Well, Fuck. Nggateli. kalau anda lihat di link ini

http://www.tahupedia.com/content/show/241/10-Universitas-Terbaik-di-Indonesia-Tahun-2013


tambah NGGATELI. ITS nggak masuk disana? Fuck. Aku nggak sekolah di Universitas Terbaik dong? Perusahaan Gede nggak bakal nyari aku dong? Aku nggak dapet pendidikan terbaik dong? Saya kasih tau aja, banyak kok orang sukses di  ITS yang jadi direktur-direktur di perusahaan ternama. Intermezo nih. Bercanda dikit, perusahaan ternama bahkan lebih nyari anak ITS daripada ITB (Widdiiiiih~ sangar gak bos?). Why? soalnya anak ITS loyal-loyal, gaji gak pasang harga tinggi lagi.

nih contoh:


A: anak ITB

B: anak ITS
X: dari perusahaan
dalam sebuah wawancara kerja


*X: Kamu kuliah berapa semester mas?
*A: 8 semester pak. 4 tahun pas! *Bangga*

*B: 8 semester pak. *nunduk, kalem, luwes*

*X: Kenapa kamu pilih kerja disini?
*A: Cari uang pak! Saya mau hidup mandiri dengan uang saya sendiri! *Bangga

*B: Buat makan anak istri, pak. . . *luwes*

*X: Kamu minta Gaji berapa?
*A: Saya kan lulusan ITB nih pak, saya punya kualitas, saya hanya mau digaji diatas 15 juta! *Gaya*

*B: yah, 5 atau 6 juta nggak papa pak. 7 juta juga alhamdulillah. *luwes

Saya dapet banyak cerita kayak gini dari beberapa dosen dan kakak kelas saya. Well fuck isn't it?
Back On Topic. Sampai dimana kita?
ya soal gak PD, mereka sampai-sampai ikut SNMPTN lagi buat masuk sana. Well, Fuck. Buang-buang uang. Kalo aku yang bilang, 'C*k, Ngapains?!'. malah yang ada lulusmu mundur satu tahun dari waktu normal, gak enak bos. Yah kalau kamu ngerasa jurusan kamu gak cocok. silahkan. Tapi kalo yang gak cocok universitasmu bukan universitas ternama, ya sekali lagi saya katakan, 'C*k, Ngapains?!'

3. Takut
Jujur, rata-rata anak yang kuliah di ITS yang merupakan buangan dari ITB adalah anak-anak daerah Jawa Tengah ke barat, yah walaupun ada beberapa yang dari jawa timur. Mungkin karena jauh dari rumah dengan aktivitas di ITS yang seabreg (buaaaanyak) sampai sampai diplesetkan ITS, Institut Tugas Seabreg mereka gak ada motivasi dan takut nggak lulus tepat waktu. Jujur apalagi yang sudah pernah dengar cerita dari kakak kelasnya bagaimana rasanya kuliah di ITS yang berat dan susah dapet nilai apalagi lulus tepat waktu, mereka tambah takut dan motivasi kuliah mereka jadi rendah.

*Kakak Kelas: ospek setaun. Entuk nilai A angel, ojok ae A, C ae we abot. (translate: ospek satu tahun. Dapet nilai A susah, jangankan A, dapet C susahnya minta ampun. *Lebay*
 
*Maba: Hiyyyy~

Jujur saja mindset anak muda sekarang sangat berantakan. Yang tua tak mau membangun moral dan motivasi, yang muda tak mau berpikir positif. Beberapa alasan orang masuk Institut ternama karena mereka takut gak dapat kerja, dan beberapa dari mereka yang berhasil masuk institut ternama takut tugas nya susah-susah. Dan mereka yang berpikiran tugasnya susah-susah takut gak lulus mata kuliah itu, dan lagi beberapa dari mereka yang berpikiran mata kuliahnya gak lulus, takut gak lulus tepat waktu. #Takutception


Okay guys, thanks for reading. Bisa jadi masukan, kalau saya salah berpendapat silahkan dikomentari, wajar saja karena ini hanya presepsi belaka. satu lagi Quotes yang saya suka dari Dosen Sangar yang baru-baru ini saya dapatkan:


"Kalau mau Sekolah, mau cari Ijasah lulus, sekolahlah di Indonesia. Murah, Gampang lulusnya. Karena Sekolah di Indonesia tidak mengajarkan anda untuk BISA, Tapi mengajarkan anda untuk TAHU!"
(-Ir. Hany Boedinugroho, MT.)

Maksudnya Sekolah di Indonesia kebanyakan ngajarkan anda teorinya saja, tapi gak ada aplikasinya. omong kosong. coba anda lihat di jepang. di SMA saja anda bisa memilih kelas minat bakat. anda boleh nggak masuk kelas sains tapi ambil homicide alias keterampilan tangan.
Template by Sora Templates. Powered by Blogger.